Senin, 23 Mei 2011

TV yang Lebih Bersahabat

Sadarkah Anda, bahwa TV dapat menjadi salah satu sahabat anak Anda? Ia menatapnya setiap hari, kadangkala bila Anda tidak membatasinya, maka ia bisa saja berjam-jam menatap kotak berpandar itu tanpa geming.


Itu sebabnya, dalam Undang-undang penyiaran, anak-anak dimasukkan dalam khalayak khusus, karena mereka adalah penonton yang pasif dan tidak kritis. Berdasar pada itu, setiap program anak seharusnya dibuat dengan sangat serius. 


TV Si Dewa Janus
Setelah era NarutoOne Piece, dan Crayon Sinchan, akhirnya deretan program ”AMAN” kembali mendominasi wajah program anak di televisi nasional kita. Coba tengok Bonar Sang Pendongeng, Laptop Si Unyil, Jalan Sesama, dan My Friends Tigger and Pooh. Semua tayangan tersebut mengembalikan wajah bersahabat televisi, dan memberikan alternatif tayangan TV yang “sehat” tidak hanya menghibur, namun juga memberikan informasi, bernilai edukasi, dan memberi nilai lebih bagi anak.

Ya, TV memang laksana Dewa Janus yang memiliki dua wajah, wajah baik dan wajah buruk. 

Sekalipun beberapa acara berlabel BAHAYA masih berseliweran di TV kita, namun setidaknya sekarang anak-anak memiliki cukup banyak pilihan yang lebih baik. 


Rindu pada Barney dan Telletubbies
Beberapa tayangan yang disebutkan di atas adalah salah satu bentuk penyegaran terhadap kerinduan kita pada tayangan indah bernilai edukasi seperti Barney and Friends serta serial Telletubbies.

Masih lekat dalam ingatan kita kepada Barney dan teman-temannya yang mengajarkan banyak hal kepada anak-anak melalui kegiatan positif seperti bernyanyi, menari, hingga nilai-nilai dan sikap positif mengenai persahabatan, keberanian, keberagaman, dan lain-lain. aat ini, putera-puteri kita disuguhi petualangan empat bocah cilik dalam Little Einsteins yang tidak hanya pemberani, namun juga sangat dekat dengan nilai budaya dan seni.

Selain itu, lihat saja kisah beruang paling terkenal di dunia, Winnie The Pooh dalam My Friends Tigger & Pooh, kisah heroik Tsubasa di lapangan hijau dalam Captain Tsubasa, dan rangkaian tayangan lokal yang tak kalah mendidik seperti Jalan Sesama, Bocah Petualang, Dunia Binatang, dan lain-lain. 


TV yang Mendidik
Bisakah kita mengharapkan TV mampu mengemban tugas pentingnya dalam memberikan informasi, mendidik, sekaligus menghibur? Asalkan setiap program yang ditampilkan disiapkan atau dipilih dengan hati-hati, serius, melibatkan ahli, dan dibuat dalam sudut pandang kepentingan anak... kenapa tidak?!

Coba saja Anda tengok beberapa acara anak produk import semacam Dora The Explorer,Little Einsteins, dan Booggie Beebies. Ketiga tayangan tersebut tidak hanya membuat anak-anak terpaku memandang TV dengan rangkaian kisah dan deretan lagu, tetapi juga mengajak anak-anak berinteraksi. Dora kerap bertanya kepada anak-anak, “dapatkah kamu membantu menemukan peta?” Leo dalam Little Einsteins selalu bertanya, “maukah kau membantu kami. Tepuk pahamu lebih keras agar Rocket bisa terbang.” Belajar berhitung? Ayo simak Mickey Mouse Clubhouse, di sana Mickey kerap mengajak anak-anak menghitung dan belajar penjumlahan sederhana. 

Butuh pendidikan yang lebih serius? Program lokal Indonesia sudah cukup menguasai ranah ini. Ingin tahu kehidupan ikan dan hewan-hewan air, Dunia Air di Trans7 menawarkan semi-dokumenter yang menawan. Selain itu, ada juga Dunia Hewan yang konsepnya kurang lebih sama. Ingin tahu beragam bahan makanan dan cara pengolahannya? Koki Cilik bisa jadi salah satu alternatif tontonan. Bahkan belajar sesuatu yang serius pun bisa sangat menyenangkan di acara-acara tersebut. 


Lebih Banyak Acara yang Aman
Pengamatan Kidia terhadap program anak yang tayang di televisi nasional menunjukkan perbaikan yang membanggakan. Dari 56 program anak yang tayang pada bulan November 2009, 41 % di antaranya masuk dalam kategori Aman, 36% Hati-hati, dan hanya sekitar 23% yang masuk dalam kategori Bahaya. Pada bulan November, persentase tayangan yang masuk dalam kategori Bahaya semakin sedikit, hanya 13 % saja (total 64 acara).

Kami terus berharap bahwa kesadaran stasiun TV nasional untuk menghadirkan acara TV yang bermutu semakin meningkat. Bahkan program anak buatan dalam negeri dengan tema yang sehat dan mendidik juga semakin beragam dan membaik kualitasnya. Beberapa judul sudah berulangkali kami sebut di depan, dan daftarnya semakin bertambah dari hari ke hari dengan program-program baru semacam Samba dan Sahabat(Trans7), Teropong si Bolang (Trans7), dan I Got It! yang baru akan segera tayang di TVRI. 

I Got It! sendiri adalah program edutainment hasil kerjasama tujuh negara ASEAN yang menampilkan kebudayaan dari ketujuh negara tersebut, sehingga anak-anak tidak hanya mengenal budaya negaranya sendiri, namun juga kebudayaan asing, serta menghargainya. Acara ini dipersiapkan dengan sangat matang dengan memperhatikan aspek-aspek kepentingan anak dan kemudahan bagi anak-anak untuk memahami pesan di dalamnya. 

Coba juga perhatikan acara-acara produksi TVE (Televisi Edukasi) yang kerap tampil di TVRI dan SpaceToon, seperti Kampung Edu, Sahabat Pantai, dan Teropong Sains. Semua tayangan tersebut mengutamakan nilai-nilai pendidikan, tanpa meninggalkan aspek menghiburnya. 
 

Menonton TV dengan Proporsional
Ya, program TV memang mulai bersahabat. Namun terus menerus menonton TV tetap saja bukan solusi bagi perkembangan anak yang baik. Anak-anak membutuhkan lebih banyak stimulus yang tidak akan bisa dipenuhi hanya dengan menyediakan 24 jam acara anak yang sehat. 

Sama halnya dengan tubuh kita yang membutuhkan makanan, setiap jenis makanan dan kandungannya (yang baik tentu saja) dapat kita konsumsi setiap saat..., namun dengan proporsional. Bila terlalu berlebihan tentu saja tidak baik. Demikian pula dengan menonton TV. 

Seaman dan sebaik apapun program TV yang kita tonton, apabila menonton TV terlalu sering jelas juga tidak baik. Tidak hanya mengurangi jam belajar dan bermain, berbagai dampak menonton TV terlalu lama juga mengancam. Pada anak-anak yang lebih kecil, sekalipun menonton tayangan yang aman, namun apabila dilakukan terlalu sering akan mengganggu daya konsentrasi dan kemampuan bicara, serta tentu saja mengurangi waktu untuk melakukan aktivitas fisik yang sangat baik bagi perkembangan motorik anak. 

Dua jam adalah waktu yang sangat proporsional untuk menonton TV atau melakukan kegiatan bermedia lainnya seperti main video game dan membca komik, selebihnya masih banyak hal yang bisa dilakukan anak-anak untuk mengisi harinya, seperti belajar, menari, bermain dengan kelinci di halaman, main petak umpet dengan teman-temannya, sekedar bersenda gurau dengan Anda, atau beristirahat.


Harapan
Akhirnya, Kidia terus berharap bahwa pola layanan televisi nasional kita akan sebaik ini atau bahkan lebih baik lagi. Menyediakan siaran yang positif, mendidik, memberi nilai lebih, bukan sekedar menghibur, memang bukan pekerjaan mudah. Namun lambat laun, pasti bisa dilakukan. 

Semoga situasi ini tetap bertahan, atau malah lebih baik... bukan hanya berlangsung saat ini saja.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar